Ketika dihadapkan pada banyak pilihan yang kita tak tahu ujungnya akan seperti apa, kita akan merasa takut salah pilih. Setelah kita memilih dan menjalani, kemudian kita melihat ada pilihan lain, kita mudah merasa telah salah memilih.
Sebenarnya, dalam keadaan seperti itu, kita tidak akan pernah salah memilih. Perasaan salah memilih itu muncul karena kita merasa tahu masa depan akan seperti apa. Kenyataannya, kita tidak tahu. Jadi pilihan apapun yang kita ambil, akan sama saja, yaitu kita tidak akan tahu akhirnya akan seperti apa. Jadi, apapun pilihannya pasti tidak salah.
Kebiasaan seseorang tidak tertib dalam berpikir, apalagi disertai dengan keadaan tidak tahu bahwa dirinya tidak tahu, lama-lama bisa menimbulkan kesalahan dalam memodelkan kenyataan.
Contoh tidak tertib dalam berpikir: “setiap kali mencuci mobil selalu turun hujan setelahnya, jadi jika ingin panggil hujan, cucilah mobil”. Di sini ada tahapan berpikir yang dilewati yaitu memasukkan data kejadian turun hujan saat tidak mencuci mobil, dan kejadian mencuci mobil lalu tidak turun hujan. Jika orang melihat data itu, dengan benar pasti bisa menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara turun hujan dengan mencuci mobil, karena setiap hari selalu ada orang mencuci mobil namun tidak setiap hari turun hujan.
Contoh di atas jika ditambah dengan keadaan tidak tahu bahwa dirinya tidak tahu proses terjadinya hujan, dan mengira tahu bahwa sebab turunnya hujan adalah karena mobil dicuci, akan menimbulkan tidak cocok antara proses terjadinya hujan yang ada dalam pikirannya dengan yang ada dalam kenyataan.
Jika kebiasaan tidak tertib berpikir ini dilakukan lagi dalam hal lain, lalu dihubungkan dengan hasil berpikir sebelumnya, akan terbentuk model dunia yang tidak sesuai dengan cara kerja dunia nyata. Jika model yang tidak sesuai ini dipakai dalam tindakan, hasilnya bisa melenceng jauh dari kenyataan cara kerja dunia dan mungkin malah membahayakan. Contohnya seperti ini: di musim kekeringan, orang yang percaya mencuci mobil dapat menurunkan hujan mengajak orang lain yang juga percaya untuk mencuci mobil beramai-ramai supaya hujan lekas turun. Tindakan tersebut bisa memboroskan air yang langka, sedangkan hujan tidak pasti turun karena cara kerja hujan bukan seperti itu.
Dalam debat antar-kepercayaan, menyerang lebih mudah daripada bertahan. Oleh karena dasar dari kepercayaan adalah ketidaktahuan yang kemudian muncul sebagai mengira-tahu, akan muncul banyak hal dalam kepercayaan itu yang sulit dibuktikan. Hal-hal yang sulit dibuktikan itu akan mudah diserang oleh lawan. Bertahan mengharuskan untuk membuktikan hal-hal yang sulit dibuktikan itu. Jadi, jika ada debat antar-kepercayaan, posisi bertahan hampir dipastikan selalu kalah.
Begitu juga ketika debat kepercayaan melawan ateis, posisi kepercayaan akan selalu berada sebagai pihak bertahan dan hampir dipastikan akan kalah.
Jika sebuah kepercayaan itu benar, akan selalu ada cara untuk membuktikan, walaupun kadang harus melewati cara berpikir yang rumit atau menggunakan kerangka berpikir lain yang berjenjang. Jika seseorang tidak siap dengan hal-hal tersebut, sebaiknya tidak usah turut campur dalam perdebatan.