Ke Mana Saja Selama Hampir 5 Tahun?
30 Januari, saya ujian pendadaran tugas akhir di kampus. Telat 4,5 tahun dari waktu studi yang normal (8 semester). Banyak pertanyaan, ke mana saja selama ini? Apa saja yang saya lakukan? Baiklah, secara singkat akan saya jelaskan apa yang terjadi pada saya selama ini.
Tahun 2007, selepas KKN ada kondisi emosional yang cukup mengganggu saya. Sulit untuk menceritakan. Pada intinya ada sakit cinta tak berbalas, hehe. Keadaan ini mendorong saya untuk galau walaupun saat itu kata tersebut belum nge-tren.
Untuk mengobati galau inilah, banyak kegiatan luar kampus yang saya lakukan. Akhir 2007, saya diajak oleh salah satu guru ngaji saya waktu kecil untuk membantu beliau dalam menjagokan diri menjadi caleg DPRD Kab.Bantul. Inilah awal mula keterlibatan saya di salah satu parpol. Harapan saya waktu itu adalah untuk cari pengalaman saja, sekaligus menyibukkan diri agar tidak galau terus-terusan.
Saat hampir bersamaan, ada pemilihan pengurus organisasi kepemudaan di kampung. Dan saya oleh masyarakat, didaulat sebagai salah satu calon. Tapi akhirnya saya terpilih sebagai wakil ketua.
Inilah saat-saat sibuknya saya di kampung. Ikut parpol, rapat sana-sini dukung sang caleg, kadang sampai gak pulang. Saat itu juga sekaligus ngurus kepemudaan di kampung, yang waktu itu sedang butuh perbaikan organisasi karena sempat vakum 6 bulan tanpa ketua (hanya pejabat sementara saja). Karena saya lebih tua dibandingkan ketua terpilih, juga karena kebetulan saya lebih bisa ngomong Jawa, maka saya yang sering menjadi juru bicara organisasi. Urusan kuliah entah sudah terlupakan ke mana.
Pemilu 2009 ternyata membawa sedikit (atau banyak?) perpecahan di masyarakat. Minimal ada dua kubu waktu itu. Ini terbawa juga sampai ke kepemudaan juga.
Selesai pemilu ada satu kasus hamil di luar nikah di anggota kepemudaan. Saat itu masyarakat terbagi menjadi dua pandangan, yang ingin menegakkan aturan adat untuk memberi hukuman pada pelaku zina, dan yang tidak ingin memberi hukuman (atau memberi hukuman ringan saja). Saya ikut yang memberi hukuman (karena saya mengikut pada keputusan masyarakat yang sudah ada sebelumnya). Sebenarnya hukuman tidak berat, kami “hanya” mangkir dari kewajiban untuk melayani tamu dalam prosesi pernikahan. Di satu sisi, saya dianggap pahlawan, tapi di sisi lain saya dicap sebagai pemecah belah. Pusing? Sudah pasti.
Tahun 2009, pemilihan pengurus kepemudaan lagi (karena masa jabatan 2 tahun). Yak, saya jadi calon lagi. Dan tampaknya banyak yang anggap saya pahlawan, karena terbukti, saya terpilih jadi ketua. Beban, namun juga merasa “menang” karena pilihan saya dulu ternyata didukung masyarakat.
Tahun ini ada perubahan. pertama saya tidak lagi galau asmara (sudah terlupakan dengan semua kegiatan di atas). Kedua, untuk pertama kali saya punya teman wanita yang dekat secara personal yaitu DNH. Tahun 2009-2011 ini saya juga mulai merintis usaha, mulai dari jamur tiram bersama , juga usaha wayang kulit kerjasama dengan om saya. Saat itu, saya sangat jarang ke kampus.
Menjelang akhir kepengurusan, ada lagi masalah besar. Masih seputar zina. Tidak etis saya ceritakan, yang jelas saya kembali masuk dalam konflik masyarakat. Pada akhirnya, setelah masa kepengurusan habis, saya menyatakan tidak mampu lagi mengurus kepemudaan, dan tidak bersedia lagi dicalonkan. Sekaligus saya juga meminta kewajiban mengurus perzinaan tidak lagi dibebankan pada kepemudaan.
2011-2012, bisnis wayang kulit mulai menunjukkan kemajuan. Pada saat itu juga, saya ikut salah satu gerakan spiritual, untuk menenangkan batin saya yang sungguh merasa sangat terbebani dengan apa yang telah terjadi. beberapa masalah terjadi dengan DNH (yang udah jadi pacar) tapi bisa diselesaikan dengan rukun kembali.
Tahun 2012, saya sakit berat 2 kali. Yang pertama sakit asam lambung (maag) yang menyebabkan saya tidak bisa aktifitas selama hampir tiga minggu. Sekitar tiga bulan kemudian, saya sakit peradangan usus buntu, yang membuat saya istirahat selama 2 bulan (harus dibedah waktu itu).
Pada akhirnya, Januari 2013, saya harus menyelesaikan tugas akhir saya. Saya sadar telah gagal untuk melakukan penelitian dengan baik. Jarangnya saya bertemu dosen, menyebabkan hasil penelitioan jauh dari yang diharapkan. Namun pada akhirnya, saya bisa lulus meski dengan nilai pas-pasan.
Itulah sekilas apa yang saya alami selama 4,5 tahun menghilang dari kampus.Semua memang salah saya sendiri tidak fokus di kampus.