Ngomongin Anarki

Apa Itu Anarki?

Bukan, bukan! Anarki bukan seperti yang digambarkan televisi dan koran. Anarki bukan berarti kekerasan.
Anarki adalah pandangan politik dengan ciri khas menolak otoritas dan struktur hirarki dalam hubungan antar manusia. Oleh karena negara adalah salah satu bentuk otoritas, umumnya penganut anarki (baca: anarkis) juga menolak adanya negara, atau menerima negara dengan kekuasaan terbatas.
Anarki menempatkan individu sebagai satuan utama analisnya. Bersama dengan liberalisme dan eksistensialisme, anarkisme masuk dalam rumpun filosofi individualisme.
Anarki bermakna luas. Saking luasnya, antara satu jenis
anarki dengan jenis anarki lain bisa sangat bertentangan. Mungkin
karena sifat anarki itu sendiri yang anti-dogma, maka tidak ada satu
kesepakatan dalam memaknai anarki.

Kesamaan Pemikiran Saya dengan Anarki

Ada pemikiran
anarki yang sama dengan apa yang saya anut. Jauh sebelum saya
mengerti apa itu anarki, hal-hal yang sama tersebut sudah saya terapkan
dalam hidup saya.
Pemikiran anarki yang saya terima adalah kebebasan individu
Bagi saya, anugerah terbesar dari Tuhan adalah kebebasan itu. Saya
tidak mau diatur, saya juga tidak mau mengatur, kecuali dalam hal-hal
tertentu yang sudah menjadi kesepakatan.
Penghargaan
saya terhadap kebebasan individu ini, sepanjang yang saya ingat, sudah
ada sejak saya kecil. Mungkin karena pengawasan orang tua yang terlalu
ketat, saya menjadi sering memberontak dalam hati. 
Ketika
memasuki usia remaja, dan merasa mendapat kebebasan, saya menjadi
sangat sensitif apabila ada yang mencoba mengatur saya. Beruntung, orang
tua bisa memahami dan memberikan kebebasan penuh atas tindakan-tindakan
saya.
Dari
situ barangkali, penghargaan saya terhadap kebebasan terkadang
berlebihan di mata orang lain. Bagi saya, kebebasan adalah sesuatu yang
mahal. Saya rela menyerahkan sebagian dari kebebasan saya, asalkan saya
mendapat ganti suatu hal yang seimbang harganya di mata saya dengan
kebebasan yang saya serahkan.

Saya Bukan Anarkis 

Saya bukan anarkis dan tidak menyebut diri anarkis. Pertama, karena saya tidak benar-benar paham anarkisme. Saya bahkan belum pernah baca buku dari para filsuf anarkis. Saya baru sedikit menekuni artikel-artikel tentang anarkisme dalam beberapa tahun terakhir saja. Tentu saja saya tidak mau menyebut diri dengan sesuatu yang belum utuh saya pahami.
Kedua, saya tidak benar-benar menganggap otoritas sebagai sesuatu yang jahat. Saya percaya dogma agama. Saya juga percaya otoritas ulama.