Ihsan Ariswanto

This is my online notepad and archive for my own future reference. Notes are usually made on the fly, errors are highly possible.

Maafkan Ayah tak menandai kelahiranmu dulu dengan tulisan di blog ini sebagaimana yang Ayah lakukan untuk kakakmu. Ayah sungguh tak bermaksud membeda-bedakan kalian. Kondisi Ayah menjelang kelahiranmu memang sedang tak baik-baik saja. Banyak kesalahan yang Ayah lakukan yang membuat Ayah tak bisa menjalankan tugas Ayah dengan baik.

Namun begitu, kau perlu tahu hal ini: Ayah menitipkan doa dalam namamu. Ayah berharap kehadiranmu menjadi penanda perubahan baik paling tidak untuk keluarga kita, syukur-syukur untuk negeri kita, bahkan dunia ini.

Ayah bersyukur bahwa doa yang terpatri dalam namamu itu dikabulkan oleh-Nya. Kehidupan keluarga kita perlahan mulai membaik sejak kehadiranmu. Ayah menemukan beberapa petunjuk untuk memperbaiki diri. Satu persatu petunjuk itu datang sendiri pada Ayah.

Ayah yang sekarang menulis ini adalah pribadi yang sangat berbeda dengan Ayah yang sedang cemas menyambut kelahiranmu dulu. Insya Allah, Ayah akan mempertahankan semua ini.

Ayah menyanyangi kalian semua: Ibuk, Nan, Hana. Semoga Allah menjaga kalian dalam kebaikan.

Ketika dihadapkan pada banyak pilihan yang kita tak tahu ujungnya akan seperti apa, kita akan merasa takut salah pilih. Setelah kita memilih dan menjalani, kemudian kita melihat ada pilihan lain, kita mudah merasa telah salah memilih.

Sebenarnya, dalam keadaan seperti itu, kita tidak akan pernah salah memilih. Perasaan salah memilih itu muncul karena kita merasa tahu masa depan akan seperti apa. Kenyataannya, kita tidak tahu. Jadi pilihan apapun yang kita ambil, akan sama saja, yaitu kita tidak akan tahu akhirnya akan seperti apa. Jadi, apapun pilihannya pasti tidak salah.

#KawruhJiwa

Kebiasaan seseorang tidak tertib dalam berpikir, apalagi disertai dengan keadaan tidak tahu bahwa dirinya tidak tahu, lama-lama bisa menimbulkan kesalahan dalam memodelkan kenyataan.

Contoh tidak tertib dalam berpikir: “setiap kali mencuci mobil selalu turun hujan setelahnya, jadi jika ingin panggil hujan, cucilah mobil”. Di sini ada tahapan berpikir yang dilewati yaitu memasukkan data kejadian turun hujan saat tidak mencuci mobil, dan kejadian mencuci mobil lalu tidak turun hujan. Jika orang melihat data itu, dengan benar pasti bisa menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara turun hujan dengan mencuci mobil, karena setiap hari selalu ada orang mencuci mobil namun tidak setiap hari turun hujan.

Contoh di atas jika ditambah dengan keadaan tidak tahu bahwa dirinya tidak tahu proses terjadinya hujan, dan mengira tahu bahwa sebab turunnya hujan adalah karena mobil dicuci, akan menimbulkan tidak cocok antara proses terjadinya hujan yang ada dalam pikirannya dengan yang ada dalam kenyataan.

Jika kebiasaan tidak tertib berpikir ini dilakukan lagi dalam hal lain, lalu dihubungkan dengan hasil berpikir sebelumnya, akan terbentuk model dunia yang tidak sesuai dengan cara kerja dunia nyata. Jika model yang tidak sesuai ini dipakai dalam tindakan, hasilnya bisa melenceng jauh dari kenyataan cara kerja dunia dan mungkin malah membahayakan. Contohnya seperti ini: di musim kekeringan, orang yang percaya mencuci mobil dapat menurunkan hujan mengajak orang lain yang juga percaya untuk mencuci mobil beramai-ramai supaya hujan lekas turun. Tindakan tersebut bisa memboroskan air yang langka, sedangkan hujan tidak pasti turun karena cara kerja hujan bukan seperti itu.

#KawruhJiwa

Dalam debat antar-kepercayaan, menyerang lebih mudah daripada bertahan. Oleh karena dasar dari kepercayaan adalah ketidaktahuan yang kemudian muncul sebagai mengira-tahu, akan muncul banyak hal dalam kepercayaan itu yang sulit dibuktikan. Hal-hal yang sulit dibuktikan itu akan mudah diserang oleh lawan. Bertahan mengharuskan untuk membuktikan hal-hal yang sulit dibuktikan itu. Jadi, jika ada debat antar-kepercayaan, posisi bertahan hampir dipastikan selalu kalah.

Begitu juga ketika debat kepercayaan melawan ateis, posisi kepercayaan akan selalu berada sebagai pihak bertahan dan hampir dipastikan akan kalah.

Jika sebuah kepercayaan itu benar, akan selalu ada cara untuk membuktikan, walaupun kadang harus melewati cara berpikir yang rumit atau menggunakan kerangka berpikir lain yang berjenjang. Jika seseorang tidak siap dengan hal-hal tersebut, sebaiknya tidak usah turut campur dalam perdebatan.

#KawruhJiwa

Anakku mengenal hantu dari video-video yang dia tonton. Gambarannya tentang hantu masih sangat kartunik, bukan seram seperti gambaran hantu dalam film-film horor. Walaupun kartunik, dia tahu bahwa hantu adalah sesuatu yang bersifat menakutkan.

Aku mencegahnya dari rasa takut hantu lebih jauh dengan mengatakan padanya bahwa hantu itu tidak ada dan hanya ada dalam cerita, seperti juga monster dan kuda terbang.

Aku mencegah rasa takut itu berkembang pada anakku karena pengalamanku mengalami takut hantu pada waktu kecil. Takutku berlebihan. Dulu, aku tidak berani ke dapur sendirian, meskipun siang hari. Saking takutnya, sampai-sampai aku selalu membawa buku doa-doa ke manapun, bahkan saat mandi. Buku doa itu tidak lepas dari badanku, ikut basah, terkena sabun, dan lama-lama tidak lagi berbentuk buku karena sering kena air saat mandi. Aku jadi tidak mandiri dan bergantung pada orang lain untuk menmani atau pada benda-benda yang kupercayai ditakuti oleh hantu. Aku baru lepas dari takut hantu itu saat sudah umur belasan tahun, setelah menyadari bahwa tidak satu kalipun aku pernah melihat hantu (bahkan sampai sekarang pun aku tak pernah punya pengalaman melihat hantu). Aku tak ingin ketakutan itu terjadi pada anakku.

Masalahnya, sebagai muslim, kami harus percaya pada makhluk gaib yang bernama jin. Hantu oleh banyak muslim dipercayai sebagai salah satu bentuk penampakan dari jin. Karena itu, mengatakan bahwa hantu itu tidak ada sering disalahartikan sebagai tidak percaya adanya jin.

Tapi, aku punya argumen bahwa konsep hantu yang biasa dikenal masyarakat, yaitu roh dari orang yang sudah meninggal, memang beda dengan jin dalam Islam. Jin adalah makhluk berakal seperti manusia, yang sejak awalnya adalah jin, bukan dari roh manusia yang berubah menjadi makhluk lain. Dalam pengertian itu, perkataanku bahwa hantu itu tidak ada tidak melanggar keyakinanku bahwa jin itu ada.

Kemudian, jika kita dikatakan bahwa hantu bisa jadi adalah jin yang menampakkan diri dalam suatu wujud tertentu, sebagaimana yang juga kupercayai, aku punya argumen juga. Penampakan hantu belum tentu adalah benar-benar perwujudan dari jin. Pada banyak kasus, yang terjadi hanyalah salah lihat, atau otak menyusun sebuah bayangan yang sebenarnya bukan hantu namun tampak seperti hantu. Bisa juga, manusia mengalami halusinasi yang menyebabkan dia melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Dengan kata lain, ada sekian banyak alasan logis yang bisa diberikan terhadap sebuah penampakan hantu selain bahwa itu adalah jin yang menampakkan diri.

Lebih lanjut, kalau kita baca penjelasan Islam tentang jin, kita tahu bahwa pada prinsipnya manusia, kecuali orang-orang tertentu seperti para nabi, tidak bisa melihat jin dalam bentuk aslinya. Manusia bisa melihat jin ketika jin itu berubah wujud menjadi makhluk fisik. Dalam cerita-cerita hadis, kita temui bahwa perwujudan jin biasanya adalah hewan atau manusia. Dan ketika jin mewujud dalam bentuk fisik, dia mengalami hukum-hukum alam yang sama seperti makhkuk fisik lainnya: dia terpengaruh gravitasi, bisa dilihat, bisa dipegang, bisa ditangkap, bahkan bisa dibunuh. Itu beda dengan hantu yang umumnya digambarkan hanya bisa dilihat dan tak bisa dipegang.

Sebelum ada bukti kuat bahwa sebuah penampakan hantu adalah jin, aku kira pernyataan bahwa hantu itu tidak ada tidaklah bertentangan dengan kepercayaan akan adanya jin.

back to ihsan's homepage

Pagi ini aku merenungi doa bangun tidur dan menyadari bahwa setiap bangun tidur adalah kesempatan untuk memulai ulang hidup kita. Diri kita telah mati di saat tidur tadi dan kita yang terbangun ini adalah raga yang baru dihidupkan. Kita memang mewarisi memori dari diri kita sebelumnya, tetapi kita bukan diri kita sebelumnya itu. Susunan sel yang membentuk kita sekarang tidak sama dengan susunan sel yang membentuk kita sebelumnya.

Setiap hari, yang adalah hidup baru itu, memberi kita pilihan, mau hidup seperti sebelumnya, atau berubah. Berubah pula bisa menjadi berubah lebih baik atau berubah lebih buruk.

Sangat sulit menjaga semangat. Sedikit lengah menjaga waktu tidur, hancur sudah semangat itu. Sedikit ada rasa kecewa, rasa bersalah, atau rasa takut, lenyaplah semangat itu. Ini tentu tidak terjadi pada setiap orang, hanya pada orang-orang yang punya “kelemahan” tertentu. Aku salah satu orang yang seperti itu.

Aku sedang mengalaminya, lagi. Ini berulang. Semangat lenyap, sesuatu yang menyenangkan datang, semangat timbul lagi, lalu sesuatu yang menyebalkan datang, dan semangat itu pergi. Terus seperti itu.

Kadang aku berpikir, jangan-jangan aku memang pemalas. Tetapi, kalau kuingat bagaimana produktifnya diriku saat semangat itu ada, juga mengingat capaian-capaian yang pernah kudapatkan, aku tidak begitu yakin bahwa aku pemalas.

Tetapi, orang-orang yang tidak mengalami apa yang kualami tampaknya tak bisa memahami apa yang terjadi padaku. Mereka menginginkan aku bisa seperti mereka.

Aku pun sebenarnya ingin seperti mereka, sungguh sangat ingin. Kalian mungkin tahu, aku bahkan pernah berobat cukup lama untuk menghilangkan “kelemahan”-ku ini. Aku menghentikan pengobatan itu karena ada dampak yang membuatku tersiksa. Jadi, aku hanya bertahan dengan caraku sendiri. Berjuang sendiri untuk mengembalikan semangat itu.

Perjuangan untuk kembali bersemangat itu tak mudah. Setiap semangat hilang, kinerjaku menurun, akibatnya aku mendapatkan hukuman. Hukuman membawa rasa malu dan rasa bersalah, sesuatu yang membuat semangat makin hilang. Perjuangan menuju semangat menjadi berlipat ganda beratnya.

Kadang-kadang, aku ingin mengakhiri saja semua itu. Pergi jauh, sejauh-jauhnya, ke Pulau Sumatera, ke Planet Mars, atau bahkan ke alam kubur, itu yang ingin kulakukan. Tetapi, aku tak berani melakukannya. Ada orang tua yang akan menangis sampai sakit, ada anak dan istri yang akan hancur hidupnya, jika aku melakukan itu.

Belakangan, aku belajar untuk menerima semua itu. Hukuman kujalani saja. Rasa malu kutahan. Olok-olok kutanggapi dengan gurauan. Di depan banyak orang, aku tampak seperti orang yang tak punya rasa bersalah. Di belakang, aku menangis sendirian.

Aku tak mungkin berharap orang mau menerima “kelemahan”-ku ini. Sistem di tempatku bekerja tidak menerima alasan-alasan seperti ini. Dan sayangnya, aku terlanjur membangun rumah tangga yang mau tak mau memaksaku harus menghasilkan uang cukup, sesuatu yang saat ini hanya bisa kudapatkan di tempatku bekerja sekarang.

Ya sudah. Waktunya menangis, ya menangis. Nanti juga datang waktunya tertawa. Hal terbaik yang bisa kulakukan saat ini hanyalah bertahan untuk tetap hidup, sepedih apapun tangisanku.

Aku tak yakin bakal ada lebih dari 10 orang yang menangis kalau aku mati. Paling hanya 5-6 orang saja.

Yang melayat tentu banyak. Sepulang melayat, sebagian mereka akan mampir di tempat makan yang enak dan mengusir kebosanan di perjalanan dengan bernyanyi-nyanyi.

Hari-hari setelahnya, namaku akan dijadikan guyonan sebagai hantu yang menghuni sebuah ruangan terpencil dan mengganggu mereka yang terlambat pulang.

Ini adalah konfirmasi bahwa saya telah menandatangani Surat Dukungan Terbuka untuk Richard M. Stallman (RMS).

Untuk diketahui, saya adalah associate member FSF sejak Oktober 2020, dan oleh karenanya saya merasa berhak ikut bersuara untuk menentukan masa depan FSF.

Alasan saya mendukung RMS terwakili oleh artikel berikut: * https://www.wetheweb.org/post/cancel-we-the-web * https://libreboot.org/news/rms.html

Tanggal 17 Maret 2021 kemarin, saya dan istri terkonfirmasi positif Covid-19 melalui tes PCR. Kami menjalani isolasi mandiri di rumah terhitung mulai tanggal tersebut sampai dengan tanggal 31 Maret 2021. Baik saya maupun istri sama-sama hanya mengalami gejala ringan, sehingga tidak perlu perawatan lebih lanjut. Insya Allah mulai tanggal 1 April 2021 kami sudah mulai beraktivitas secara normal kembali.

NB: selama isolasi mandiri, saya rajin menggunakan masker 😂

memakai masker